Minggu, 26 Februari 2012

beliau seorang wira'i

Biografi KH. Arwani
Amin Kudus (Mbah
Arwani) Sosok Alim, Santun dan
Lembut Image Yanbu’ul
Qur’an Adalah pondok
huffadz terbesar yang
ada di Kudus.
Santrinya tak hanya dari kota Kudus. Tetapi dari
berbagai kota di
Nusantara. Bahkan,
pernah ada beberapa
santri yang datang
dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei
Darussalam.
Pondok tersebut adalah
pondok peninggalan KH.
M. Arwani Amin. Salah
satu Kyai Kudus yang sangat dihormati karena
kealimannya, sifatnya
yang santun dan lemah
lembut.
KH. M. Arwani Amin
dilahirkan dari pasangan H. Amin Sa’id dan Hj.
Wanifah pada Selasa
Kliwon, 5 Rajab 1323 H.,
bertepatan dengan 5
September 1905 M di
Desa Madureksan Kerjasan, sebelah selatan
masjid Menara Kudus.
Nama asli beliau
sebenarnya Arwan.
Tambahan “I” di
belakang namanya menjadi “Arwani” itu
baru dipergunakan sejak
kepulangannya dari Haji
yang pertama pada 1927.
Sementara Amin
bukanlah nama gelar yang berarti “orang
yang bisa dipercaya”.
Tetapi nama depan
Ayahnya; Amin Sa’id .
KH. Arwani Amin adalah
putera kedua dari 12 bersaudara. Saudara-
saudara beliau secara
berurutan adalah
Muzainah, Arwani Amin,
Farkhan, Sholikhah, H.
Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in , Ahmad
Malikh, I’anah , Ni’mah ,
Muflikhah dan Ulya. Dari
sekian saudara Mbah
Arwani (demikian
panggilan akrab KH. M. Arwani Amin), yang
dikenal sama-sama
menekuni al-Qur’ an
adalah Farkhan dan
Ahmad Da’in. Ahmad
Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan
terkenal jenius. Karena
beliau sudah hafal al-Qur’
an terlebih dahulu
daripada Mbah Arwani.
Yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal
Hadits Bukhori Muslim
dan menguasai Bahasa
Arab dan Inggris.
Kecerdasan dan
kejeniusan Da’in inilah yang menggugah Mbah
Arwani dan adiknya
Farkhan, terpacu lebih
tekun belajar. Konon,
menurut KH. Sya’roni
Ahmadi, kelebihan Mbah Arwani dan saudara-
saudaranya adalah
berkat orangtuanya
yang senang membaca al-
Qur’ an. Di mana
orangtuanya selalu menghatamkan membaca
al-Qur’ an meski tidak
hafal. Selain barokah
orantuanya yang cinta
kepada al-Qur’ an, KH.
Arwani Amin sendiri adalah sosok yang
sangat haus akan ilmu.
Ini dibuktikan dengan
perjalanan panjang
beliau berkelana ke
berbagai daerah untuk mondok, berguru pada
ulama-ulama. Tak
kurang, 39 tahun beliau
habiskan untuk
berkelana mencari ilmu.
Diantara pondok pesantren yang pernah
disinggahinya menuntut
ilmu adalah pondok
Jamsaren (Solo) yang
diasuh oleh Kyai Idris,
Pondok Tebu Ireng yang diasuh oleh KH. Hasyim
Asy’ari dan Pondok
Munawir (Krapak) yang
diasuh oleh Kyai
Munawir.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu
disenangi para Kyai dan
teman-temannya karena
kecerdasan dan
kesopanannya. Bahkan,
karena kesopanan dan kecerdasannya itu, KH.
Hasyim Asy’ari sempat
menawarinya akan
dijadikan
menantu. Namun, Mbah
Arwani memohon izin kepada KH. Hasyim
Asy’ari bermusyawarah
dengan orang tuanya.
Dan dengan sangat
menyesal, orang tuanya
tidak bisa menerima tawaran KH. Hasyim
Asy’ari, karena kakek
Mbah Arwani (KH.
Haramain) pernah
berpesan agar ayahnya
berbesanan dengan orang di sekitar Kudus
saja. Akhirnya, Mbah
Arwani menikah dengan
Ibu Nyai Naqiyul Khud
pada 1935. Bu Naqi
adalah puteri dari KH. Abdullah Sajad, yang
sebenarnya masih ada
hubungan keluarga
dengan Mbah Arwani
sendiri. Dari
pernikahannya dengan Bu Naqi ini, Mbah Arwani
diberi empat keturunan.
Namun yang masih
sampai sekarang tinggal
dua, yaitu KH. M. Ulinnuha
dan KH. M. Ulil Albab, yang meneruskan
perjuangan Mbah
Arwani mengasuh
pondok Yanbu’ sampai
sekarang. Yah, demikian
besar jasa Mbah Arwani terhadap Ummat Islam di
Indonesia
terutama masyarakat
Kudus, dengan
kiprahnya mendirikan
pondok yang namanya dikenal luas hingga
sekarang.
Banyak Kyai telah lahir
dari pondok yang
dirintisnya tersebut. KH.
Sya’roni Ahmadi, KH. Hisyam, KH. Abdullah
Salam (Kajen) , KH.
Muhammad Manshur, KH.
Muharror Ali (Blora), KH.
Najib Abdul Qodir (Jogja),
KH. Nawawi (Bantul), KH. Marwan (Mranggen), KH.
Ah. Hafidz (Mojokerto),
KH. Abdullah Umar
(Semarang), KH. Hasan
Mangli (Magelang), adalah
sedikit nama dari ribuan Kyai yang pernah belajar
di pondok beliau.
Kini, Mbah Arwani Amin
telah tiada. Beliau
meninggal dunia pada 1
Oktober 1994 M. bertepatan dengan 25
Rabi’ul Akhir 1415 H.
Beliau meninggal dalam
usia 92 tahun. Namun,
meski beliau telah
meninggal dunia, namanya tetap harum di
hati
sanubari masyarakat.
Pondok Yanbu’ul Qur’an ,
Madrasah TBS, Kitab
Faidlul Barakat dan berbagai kitab lain yang
sempat ditashihnya,
menjadi saksi perjuangan
beliau dalam
mengabdikan dirinya
terhadap masyarakat, ilmu dan Islam.***
[Rosidi/Arwaniyyah]
Sumber : http://
www.arwaniyyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar